Child'dis

Child'dis

Kamis, 07 Juli 2011

Last Child : Jurus Andalan Stinky

Secara tiba-tiba, kuartet ini membawakan cover lagu yang nggak terduga

 

Memang perlu pancingan ampuh untuk bikin atmosfer seru di depan panggung. Hal ini berlaku banget buat para personil Last Child yang Sabtu (3/7) lalu tampil di panggung Dunia Bola Telkomsel yang digelar di Gor Bulungan. Para penggemar mereka memang sudah siap di depan panggung, ta[i semuanya masih melempem, jack ! Belum bikin geregetan!
Beruntung Last Child punya persiapan jurus ampuh, kelar membawakan beberapa lagu sebelumnya, akhirnya juus tersebut keluar, yaitu membawakan cover lagu Mungkinkah dari Stinky! Sekilas lagu tersebut memang lembek, tapi faktanya lagu lawas tersebut sukses mereka bawakan dengan asik dan membuat semuanya bernyanyi bersama. Penonton seperti terhibur tiada terkira deh. Gokil!
By the way , boleh juga jurusnya. Besok-besok bisa request Keong Racun nggak, bro ? Hehe..

 

Last Child: Punk adalah inti musik kami.

Ranah musik punk seakan tak ada habisnya untuk dieksplorasi.


Terbentuk awal tahun 2006, Virgoun (vokal/gitar), Dhimaz (bass) dan Ary Ceper (drum) yang tergabung dalam Last Child. bikin pasar musik lokal makin berisik lewat gempuran punk rock yang mereka usung.
"Punk adalah inti musik kami. Dulu kami rajin memainkan old school punk seperti Blink 182, MXPX dan Greenday. Seiring berjalannya waktu, referensi musik kami semakin bertambah. Kami juga tak segan memasukkan unsur synthesizer di beberapa lagu. Itu yang membuat musik yang kami mainkan lebih berwarna," buka Virgoun.
Kemunculan album perdana berjudul Grow Up di bawah label Crazy Monkey menjadi awal bagus bagi band asal Utan Kayu ini. Tambahan album kedua Everythink We Are Everythink makin mempertegas kalau Last Child tak setengah-setengah memainkan punk. Lagu-lagu mereka seperti Diary Depresiku dan Pedih pun jadi omongan.
Artikel komplitnya ada di Hai Magazine edisi Musik #27, terbit 5 Juli 2010

Last Child : Dikeroyok Lastfriends

Tenang, bos! Jangan salah sangka dulu. Ternyata ratusan street team asuhan band asal Jakarta Timur, Last Child ini memang sengaja dikumpulin untuk satu misi rahasia, jack!


Beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 6 Mei 2010, band yang beranggotakan Virgoun (vokal/gitar), Dimas (bass/vokal), Ari (drum) dan Yodi (gitar) ini baru aja ngerampungin video klip terbaru mereka yang berjudul Diary Depresiku . Lokasi yang menjadi sasaran utama mereka kali ini adalah di daerah Gajah Mada, di sebuah gedung kosong!
Video klip yang disutradarai oleh Etienne Caesar ini emang lumayan 'rusuh', cing! Kenapa? Soalnya Last Child kali ini dikeroyok ratusan Last Friends mereka. Nggak hanya itu, kehadiran mereka bahkan cukup ngebuat proses syuting jadi makin heboh.
Nyaris Last Child dikeroyok!
Eits, tunggu dulu. Dikeroyok di sini beda arti, sob. Last Friends ternyata emang diundang langsung oleh Last Child untuk meramaikan suasana selama pembuatan video klip tersebut. Alhasil, 'kerusuhan' yang terjadi malah makin ngebuat video klip terlihat mantap!
"Iya, kami nggak nyangka kalo yang datang itu di luar jumlah yang ditentuin. awalnya kami ngundang 100 Last Friends, dengan estimasi 80 orang yang hadir. Tapi ternyata membludak jadi 120 orang. Seru lah!" cerocos pentolan Last Child, Virgoun. Mau liat hasilnya?? sabar menunggu yah!

Last Child Bubar

Baru bawain satu lagu, aksi Last Child harus berhenti.



dok.hai
Nggak disangka-sangka, baru aja lapangan SMAN 9 Bekasi memanas sama lagu In Memoriam Last Child , tiba-tiba aksinya harus dihentikan aparat TNI.
Jelas, pengunjung gelaran Aztec SMAN 9 Bekasi, Minggu (20/6) itu kecewa. 300-an siswa SMA se-Bekasi meminta Last Child meneruskan show.
"Udah mau maghrib, jadi acara harus berhenti diminta warga. Acara memang sempat mundur gara-gara beberapa band nambah lagu," bilang Ayu, Koordinator Acara Aztec.
Virgoun, vokalis Last Child, cuma bisa senyum-senyum begitu diminta selesain aksinya. Nggak lama, semua kru dan personil Last Child turun panggung.
"Harusnya bawain empat lagu. Tapi nggak apa-apa, gue udah sering diginiin kok. Tau kenapa," kata Virgoun sambil menyeka keringat, santai. Walau pengunjung Aztec teriak-teriak minta Last Child kembali naik, aparat tetap nggak kasih ijin. Guru pun sempat ikut melobi aparat.
"Parah banget acaranya. Gue jauh-jauh ..dari Bogor padahal. Kecewa!" protes Cadel, siswa SMK Teratai Putih Bekasi.
Selain Last Child, Sweet As Revenge dan Thirteen juga gagal manggung di acara ini.

Last Child: Demi Kualitas Dan Kesempurnaan

Tumbuh dan besar berkat street team yang dimilikinya, Last Child pun nggak sungkan untuk me-remastering karya terdahulunya demi memuaskan kuping Last Friends mereka. Diary Depresiku adalah pembuktiannya. 


Diary Depresiku udah muncul di album Everything We Are Everything tahun 2008. Sekarang di-remastering untuk jadi single terbaru Last Child. Apa sih yang jadi perbedaan yang paling besar?
Sebenarnya nggak ada perbedaan yang signifikan buat Diary Depresiku kali ini. Kami lebih pengen kualitasnya agak diperbaiki. Selain memang pengen lebih baik, ini juga untuk kepentingan broadcast dan label pun menyetujuinya. Yang jelas hasil akhirnya akan makin mendekati kesempurnaan sesuai yang pengen kami capai.
Sampai pencapaian hingga detik ini, total pengunduh sampe seberapa banyak? Kenapa harus Diary Depresiku yang di-remastering dan bukan single yang lain?
Sejauh ini sih belum ada laporan terakhir, tapi denger-denger total udah mencapai 450.000 download. Itu pun nggak hanya dari Diary Depresiku aja, tapi dari Pedih juga. Alasan single Diary Depresiku yang dipilih, ya balik lagi karena kualitas sound yang kurang oke ketimbang singel yang lainnya serta masukan dari dr. m.Gimana sih rasanya bisa kerja bareng dengan Jemi Sitanayah, MMus, seorang sound engineer tanah air jebolan Berkley College of Music, USA?Kami dikenalin dia dari label dan prosesnya pun begitu singkat. Dari hanya sekedar balas membalas lewat e-mail, kirim data, selebihnya langsung lancar. Berhubung dia di Amrik, makanya kami cuma bisa berkomunikasi lewat dunia maya. 
Ada tanggapan khusus nggak sih dari dia mengenai Diary Depresiku?
Yang kami tau yah kalau ternyata menurut dia, lagu macam ini memang udah ada banyak di sana. Udah jadi hal yang biasa, terutama buat band-band punk. Tapi yang ngebuat dia heran adalah kalau ternyata band Indonesia ada juga yang bisa bikin kayak gini, baru kali ini dia dengar langsung, ya itu dari kami Last Child.
Perdana muncul di tivi, di program acara pagi. Gimana tuh rasanya? Kalian kan nggak pernah ngejalanin keseharian macam beginian?  
Haha, iya. Beberapa awak kru dan personil kami sempet harus bangun pagi-pagi, bahkan ada juga yang kepaksa nggak tidur supaya nggak kebablasan. Karena kebijakan dari program acara yang mewajibkan kami untuk on-time. Walaupun kami main playback tapi ternyata Last Friends yang dateng banyak. Sampe-sampe ada yang cuma bisa ngeliat kami jauh di luar pagar pembatas.
Ada nggak sih target terdekat buat Last Child bulan-bulan ini?
Yang pasti kami lagi gencar ngelakuin promo di TV dan radio. Selebihnya yah kami manggung off air. Semoga aja single kami lancar airplay-nya dan videoklip kami bisa sering tayang di TV. 
Dikutip dari Majalah Hai edisi #29